Saturday, April 21, 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA DARAH KUALITATIF
MAKALAH PRAKTIKUM BIOKIMIA DARAH KUALITATIF Kelas II-A Disusun Oleh : Kelompok 2 Abuzar (108101000006) Bayu Pradana H (108101000009) Ludi Mauliana (108101000010) Zumrotun (108101000013) Rizky Unggul (108101000018) Ayu Dwi Lestari (108101000031) Irmayanti Hayat (108101000035) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLLAH JAKARTA 2009 PENDAHULUAN Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah (SDM) dan berfungsi antara lain untuk : 1. Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. 2. Mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru. 3. Memberi warna merah pada darah 4. Mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol hemoglobin monomer/L (12,6 sampai 18,4 gram/dL), tergantung pada jenis kelamin dan umur individu. Hemoglobin merupakan protein tetramer yang dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer (satu pada tiap subunit hem), atom oksigen terikat pada atom Fe2+, yang terdapat pada hem, pada ikatan koordinasi ke 5. hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksidasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang sudah memlepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). Hemoglobin juga dapat mengikat suatu gas hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu karbonmonoksida (CO) dan disebut karbonmonoksidahemoglobin (HbCO). Ikatan Hb dengan CO ini 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb dengan oksigen, dan akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat, membawa dan mendistribusikan oksigen ke jaringan. Dalam keadaan lain, muatan Fe yang terdapat pada pusat hem dapat menjadi Fe3+. Hal ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau methehemoglobin (MetHb) atau Hb (Fe3+). Dalm bentuk ini Hb tidak dapat mengikat oksigen atau kehilangan fungsinya yang amat penting. Beberapa derivat dari hemoglobin, misalnya oksiHb, Hb, HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada pengenceran ini OksiHb terlihat berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna merah kecoklatan dan HbCO berwarna merah terang (carmine tint). 1. Deoksihemoglobin dan Oksihemoglobin Tujuan : Memperlihatkan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksiHb dan O2. Teori singkat : O2 terikat lemah pada ion Ferro, dan mudah dilepas lagi. Misalnya dengan larutan Stokes yaitu suatu reduktor lemah dihasilkan Hb tereduksi. Bila Hb tereduksi diberikan O2 lagi oksiHb akan terbentuk lagi. Hb tereduksi, ungu muda; oksiHb berwarna kuning-merah. Pemeriksaan spektroskopis, Hb tereduksi pita serap yang lebar berpusat pada panjang gelombang 559 mu, oksiHb memperlihatkan dua pita serap yang sempit yaitu pita yang lebih sempit, berpusat pada panjang gelombang 579 mu dan satun pita lainnya yang agak lebar, berpusat pada panjang gelombang 542 mu. 1 Gm Hemoglobin mengikat 1,34 mL oksigen. Reaksi : Hb (Fe2+) + O2 Hb(Fe2+)O2 (deoksihemoglobin=Hb) Oksigen (oksihemoglobin = HbO2) Bahan : 1. suspensi darah 2. pereaksi Stokes 3. larutan ammonium hidroksida (NH4OH) Cara kerja : a. OksiHb 1. Ke dalam sebuah tabung reaksi encerkan 1 mL darah dan 5 mL aquades. Campur dengan baik dan perhatikan warna merah terang dari okihemoglobin yang terbentuk. 2. Bagi 2 isi tabung tersebut untuk percobaan deoksihemoglobin. Gunakan tabung 1 sebagai kontrol. b. Pembentukan deoksiHb 1. Isi tabung 1dengan 3 mL isi tabung pada reaksi OksiHb. 2. Isi tabung 2 dengan 3 mL isi tabung pada reaksi OksiHb. Kemudian masukkan beberapa tetes larutan Stokes pada tabung 2. terlihat pereaksi Stokes dan tambahkan NH4OH secukupnya untuk melarutkan endapan yang segera terbentuk. Campuran ini merupakan larutan pereduksi kuat. c. Pembentukan kembali oksiHb dari deoksiHb 1. Kocok kuat-kuat tabung yang berisi deoksiHb, maka akan terjadi kembali oksigenasi dari udara. Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk. 2. Oksigenasi dan deoksigenasi kembali ini dapat dilakukan berulang-ulang. Tabel pengamatan a. Oksihemoglobin b. Deoksihemoglobin Kesimpulan : • Darah hasil oksihemoglobin berwarna merah merata • Darah hasil oksihemoglobin yang tidak ditmabahkan stokes setelah dikocok berwarna merah terang • Darah hasil oksihemoglobin yang ditambahkan stokes setelah dikocok berwarna hitam 2. Karbonmonoksida hemoglobin (HbCO) Tujuan : Memperlihatkan bahwa CO dapat mengikat hemoglobin menjadi HbCO. Teori singkat : Daya ikat hemoglobin dengan CO sebesar 200x daya ikat Hb dengan oksigen. Karena itu ikatan tersebut tidak dapat dilepaskan kembali dengan pereaksi Stokes. HbCO banyak didapatkan pada polusi kendaraan bermotor, pembakaran batu bara, pembakaran paraffin yang tidak sempurna, terlalu banyak merokok. Kesadaran hilang kalau 50 % oksihemoglobin telah berubah menjadi HbCO; bias terjadi kematian kalau 80% oksiHb digantikan oleh HbCO. HbCO berwarna merah buah ceri, terutama di dalam larutan encer. Spektroskopik memberikan 2 pita serap hampir mirip dengan pita serap oksiHb, yaitu pada panjang gelombang 570 mu dan 547 mu. Bahan : 1. suspensi darah 2. sumber gas CO 3. pereaksi Stokes 4. NH4OH Cara kerja : 1. Encerkan 0,5 ml darah dengan 5,5 ml aquades. Bagi 2 suspensi darah encer tersebut pada 2 tabung reaksi masing-masing 3 ml. 2. Pada tabung 1 alirkan gas CO selama 2 menit. Oksihemoglobin akan berubah menjadi karbonmonoksihemoglobin. 3. Amati perubahan warna pada tabung 1. 4. kemudian beri beberapa tetes pereaksi Stokes pada tabung 1 dan 2. 5. Amati perubahan warna pada masing-masing tabung. Tabel pengamatan Kesimpulan : » Ketika darah di campur dengan aquades darah berwarna merah terang » Darah yang telah di campur air dan dialiri CO selama dua menit berubah warna menjadi merah kecoklatan » Darah yang di aliri CO tetap berwarna merah kecoklatan walaupun di tetesi stokes, hal ini menunjukkan CO telah bergabung kuat dengan Hb dan tidak bisa di pisahkan lagi » Suspensi darah yang tidak di aliri CO berubah warna menjadi coklat karena O2 berpisah dari Hb 3. Hemolisis sel darah merah Tujuan : Untuk menunjukkan pengaruh larutan hipertonik dan hipotonik terhadap membran sel darah merah. Teori singkat : Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). Bahan : 1. suspensi darah 2. NaCl 2 % Cara kerja : Tabel 1. Konsentrasi NaCl Tabel 2. Hemolisis sel darah merah Kesimpulan : Tabung 8 sebagai kontrol dianggap sebagai larutan isotonis. Tabung 7 sampai 1 semakin hipotonis.warnanya semakin jernih.Hal itu menandakan terjadinya hemolisis. Tabung 9 sampai 10 semakin hipertonis.Secara makroskopis tidak terlihat perbedaan yg berarti dibanding tabung 8.Namun,secara mikroskopis dpt terlihat adanya sel-sel darah merah yg mengkerut. 4. Pengaruh zat kimia (demonstrasi) Tujuan : Menunjukkan bahwa sel darah merah dapat mengalami lisis dalam pelarut organik. Teoi Singkat : Dinding sel darah merah adalah suatu lipoprotein. Lemak merupakan pelarut organik. Dalam pelarut lemak, dinding ini akan larut, sehingga bila sel darah merah dimasukkan dalam pelarut lemak akan terjadi hemolisis. Oleh karena itu, lemak termasuk larutan hipotonis karena dapat membuat sel darah merah menjadi lisis. Bahan : 1. suspensi darah 2. NaCl 0,9 % 3. Kloroform 4. Eter 5. Aseton 6. Toluen 7. Etanol Cara kerja : 1. Ke dalam 6 tabung reaksi masukkan setiap 10 mL larutan NaCl 0,9 %. 2. Tabung pertama digunakan sebagai control dan pada ke 5 tabung lainnya tambahkan setiap 2 tetes kloroform, eter, aseton, toluen dan etanol secara berurutan. 3. Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspensi darah, biarkan selama setengah jam. Perhatikan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan kontrol. Ket: + = banyak sedikitnya hemolisis yang terjadi - = tidak terjadi hemolisis Kesimpulan : Pelarut organik dapat membuat sel darah merah mengalami lisis. Setiap pelarut organic memiliki kecepatan daya lisis yang berbeda-beda. Pada percobaan yang kami lakukan pelarut organik yang melisis sel darah merah paling cepat adalah eter. Yang kedua adalah aseton. Yang ketiga adalah toluen. Yang keempat adalah alKohol. Yang kelima kloroform. Sumber referensi : Bagian Biokimia. FKUI.2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta : Widya Medika Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar A. Jakarta : Balai Penerbit FKUI http://id.wikipedia.org/wiki/Hemolisis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment