Saturday, April 21, 2012

PRAKTIKUM BIOKIMIA URIN

MAKALAH PRAKTIKUM BIOKIMIA URIN Kelas :Kesmas II-A Disusun Oleh : Kelompok 2 Abuzar (108101000006) Bayu Pradana H (108101000009) Ludi Mauliana (108101000010) Zumrotun (108101000013) Rizky Unggul (108101000018) Ayu Dwi Lestari (108101000031) Irmayanti Hayat (108101000035) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLLAH JAKARTA 2009 PENDAHULUAN Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (http://wikipediaindonesia.com). Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis ini. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Apa saja zat-zat yang terkandung di dalam urin? Di dalam http://wikipedia.com dijelaskan bahwa urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urin. Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (basoeki, 2000). Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb) Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang. a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral. b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat. c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis. d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi. PRAKTIKUM 1. Sifat fisik urin Tujuan : Urin normal mempunyai batasan warna, bau, kekeruhan dan pH tertentu. Teori singkat : Alat dan Bahan : 1. urin sesaat 2. kertas pH indikator universal Cara kerja :  Tabel pengamatan Kesimpulan : 2. Uji benedict (semikuantatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Teori singkat : Uji benedict berdasarkan reduksi CU++ menjadi CU+.pada proses kupri dalam suasana alkalis biasanya ditambah zat pengkompleks seperti citrate pada larutan benedict atau larutan fehling untuk mencegah pengendapan Cu(OH)2 atau CuO dalam natrium hidroksida. Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indikator yaitu adanya perubahan warna khususnya menjadi merah bata. Benedict Reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan. Monosakarida yang bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula pereduksi, juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan. Bahan : 1. larutan benedict 2. urin sendiri Cara kerja :  Tabel pengamatan Acuan kadar gula (disiapkan petugas) Kesimpulan : Tidak terdapat glukosa dalam urin. Hasil yang didapat negatif (-). Kadar glukosa dalam urin yaitu 0. 3. Uji asam sulfosalisilat Tujuan : Memeriksa adanya protein dalam urin. Teori singkat : Bahan : 1. urin sendiri 2. urin patologis 3. larutan asam sulfosalisilat 5 % dalam larutan Na-sulfat 20 %. Cara kerja :  Tabel pengamatan Kesimpulan : 4. Uji Rothera (zat keton) Tujuan : Memeriksa adanya zat keton dalam urin. Teori singkat : Bahan : 1. urin sendiri 2. urin patologis 3. kristal ammonium sulfat 4. natrium nitroprusida 5 % (segar) 5. ammonium hidroksida pekat Cara kerja :  Tabel pengamatan 5. Uji Obermeyer Tujuan : Memeriksa adanya indikan dalam urin. Teori singkat : Bahan : 1. urin sendiri 2. pereaksi obermeyer 3. kloroform Cara kerja :  Tabel pengamatan Kesimpulan : 6. Uji Kehamilan Tujuan : Memperlihatkan bahwa hanya urin wanita hamil yang mengandung hCG (human chorionic gonadotropine) dan tidak terdapat pada wanita tidak hamil. Teori Singkat : Alat dan Bahan : 1. suspensi lateks yang mengandung antibody monoclonal anti hCG dengan natrium azida sebagai pengawet 2. kontrol urin positif 3. kontrol urin negatif 4. plat kaca 5. pipet plastik, dengan tangkainya sebagai pengaduk Cara kerja : Catatan : Uji positif = aglutinasi terjadi dalam 2 menit Uji negatif = aglutinasi > 2 menit Kesimpulan : DAFTAR PUSTAKA http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/ http://bagiilmunohara.blogspot.com/ (SIFAT FISIK URIN YANG ADA GAMBARNYA) http://waleanmario.wordpress.com/2008/12/11/uji-reduksi-dan-uji-benedict/

No comments: