Saturday, April 21, 2012

tb paru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular dan bersifat kronik, masih menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai Negara di dunia. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menyumbang penderita TB paru terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, serta nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Berdasarkan perkiraan WHO, pada tahun 1999 setiap tahun terjadi 583.000 kasus TB paru dengan kematian sekitar140.000, dan diperkirakan dari setiap 100.000 Indonesia terdapat 130 penderita TB paru basil tahan asam (BTA) positif. Sejak tahun1995 program pemberantasan TB paru dilaksanakan secara terkoordinasi dalam suatu program yang disebut strategi directly observed treatment shortcourse (DOTS) sesuai rekomendasi WHO. Prioritas strategi DOTS lebih ditujukan pada upaya penemuan dan pengobatan penderita TB dewasa usia di atas 15 tahun, sedangkan penderita TB anak tidak ditargetkan dalam program pemberantasan penyakit TB di Indonesia. Secara global di antara 100.000 penduduk ditemukan sekitar 130 penderita penyakit TB pada usia dewasa, dan diperkirakan 5 %- 15 % diantaranya diderita oleh anak. Di Indonesia, belum ada suatu angka pasti prevalensi TB anak secara nasional karena sulit didiagnosis, serta lemahnya pencatatan dan pelaporan kasus TB anak, namun penelitian yang dilaksanakan oleh staf bagian ilmu kesehatan anak FKUI / RSCM dan FKUP / RSHS, tahun 2000, pada 355 anak SD usia 5 – 13 tahun di kabupaten Bandung, didapatkan prevalensi TB sebesar 11,3 %. Diagnosis TB anak dilakukan di setiap puskesmas dan rumah sakit, serta lebih didasarkan atas pertimbangan gejala klinis tanpa pemeriksaan penunjang yang lebih memadai. Kompleknya faktor resiko terjadinya TB pada anak, tetapi belum ada upaya yang dilakukan untuk mengetahui factor resiko yang dominan, serta langkah kegiatan untuk mencegah meningkatnya angka kejadian. 1.2 Perumusan Masalah  Apa yang dimaksud dengan TB?  Bagaimana cara penularan TB paru pada anak?  Bagaimana gejala dan tanda TB paru pada anak?  Apa saja 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit TB paru pada anak? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian TB Tuberculosis ialah setiap penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh species Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. Spesies penyebab yang paling sering adalah Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Tuberculosis bervariasi secara luas dalam hal manifestasinya dan mempunyai kecenderungan kronisitas yang besar. Berbagai organ dapat terkena, walaupun pada manusia, paru adalah tempat utama penyakit ini dan biasanya merupakan pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai organ lainnya. 2.2 Cara Penularan TB paru pada anak  Dari batuk orang dewasa Saat seorang dewasa batuk, sejumlah tetesan cairan (ludah) tersembur ke udara. Bila orang tersebut menderita TB paru, banyak tetesan tersebut akan mengandung kuman. Tetesan yang paling besar akan jatuh ke tanah. Namun, yang terkecil, yang tidak dapat dilihat, akan tetap berada di - dan ikut terbawa udara. Semua orang yang berda di ruangan yang sama dengan orang yang batuk tersebut dan menghirup udara yang sama, berisiko menghirup kuman Tuberculosis (TB).  Dari makanan atau susu Susu dapat mengandung TB dari sapi (bovine TB), bila sapi-sapi di daerah tersebut menderita TB dan susu tidak direbus sebelum diminum. Bila hal ini terjadi, infeksi primer terjadi pada usus, atau terkadng pada amandel.  Melalui kulit Kulit yang utuh rupanya tahan terhadap Tb yang jatuh dia tas permukaan kulit. Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, TB dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan yang ditemukan pada paru. 2.3 Gejala dan tanda TB pada anak 1. berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 4 minggu. 2. kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 – 3 bulan 3. batuk mengi atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan. 4. demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas. 5. tanda adanya cairan – pekak, pada salah satu sisi dada. 6. perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap bertahan setelah pemberian obat cacing. 7. Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah diberi obat cacing atau obat untuk glardiasis (dengan metronidazole) 8. jangan timpang, punggung kaku sukar membungkuk. 9. tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan. 10. pembengkakan lutut. 11. pembengkakan kelenjar getah bening. 12. abses kelenjar getah bening 13. satu atau lebih benjolan lembut dibawah kulit. 14. sinus (luka) yang mengeluarkan secret . 15. sakit kepala, mudah tersinggung terkadang disertai muntah. 16. kelemahan awal muncul lambat.pada salah satu lengan, tungkai,atau sisi wajah. 2.4 5 Tingkat Pencegahan 1. Peningkatan kesehatan  Mensosialisasikan pesan – pesan kesehatan melalui poster-poster maupun iklan di TV.  Memberikan penyuluhan pada para ibu untuk membiasakan hidup bersih.  Mengadakan seminar yang diikuti dengan kampanye pendidikan kesehatan secara nasional dan lokal (televise, radio, surat kabar, sekolah-sekolah) mengenai masalah tuberculosis. 2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit- penyakit tertentu.  Melakukan pencatatan, gunanya agar kita dapat menindaklanjuti pasien kita, dan bahwa semua pasien dipastikan menyelesaikan pengobatannya.  Melakukan vaksinasi BCG pada seluruh bayi yang baru lahir. 3. Menegakkan diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat  Pemeriksaan dahak terhadap TB pada semua pasien dengan batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 3 minggu.  Melakukan pengobatan.  Pelaksanaan pelatihan dan seminar berulang-ulang, baik ditingkat pusat maupun local dapat membandingkan angka keberhasilan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien diberbagai tempat dan membantu para petugas kesehatan untuk saling belajar satu sama lain. 4. Pembatasan kecacatan  Melakukan pengawasan langsung setiap kali pasien minum obat.  Memastikan persediaan obat – obat yang teratur dan tidak terputus-putus. 5. Pemulihan kesehatan  Pemeriksaan keluarga dari pasien tuberculosis BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Tuberculosis ialah setiap penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh species Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. 2. Cara penularan TB paru pada anak dapat melalui batuk orang dewasa yang dahaknya positif, dapat dari makanan atau susu ( jika sapi tsb menderita TB dan susu tidak dimasak), dan dapat juga melalui kulit (jika terdapat luka pada kulit). 3. Gejala TB pada anak yaitu berat badan yang tidak naik, kehilangan gairah, mengi atau batuk, demam, perut membuncit, tulang belakang membungkuk,dll. 4. Ada 5 cara melakukan pencegahan yaitu dengan peningkatan kesehatan, perlidungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu, menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang tepat dan cepat, pembatasan kecatatan, dan yang terakhir pemulihan kesehatan. 3.2 Saran Dengan mengingat bahwa penyakit TB merupakan penyakit menular dan berbahaya pada masyarakat, maka sangat diperlukan penanganan yang optimal baik dari tenaga medis, keluarga, dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Crofton, John dkk. Clinical Tuberculosis. Edisi 2. Cetakan 1. London : 2001. Penerbit Widya Medika. Dudeng, Donatus dkk. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Tuberculosis pada Anak. Berita Kedokteran Masyarakat. 2006. hal 48-49. Kamus Kedokteran Dorlans. 2002. EGC : Jakarta, Edisi 29 : hal 2306.

No comments: